May 21, 2008

Ketika Hati Tak Sama…

Posted in Journal, just me, heart n mind at 10:12 pm by justrere

 

Ku terlalu baik pada wanita

Begitu kira-kira statusnya saat sedang online beberapa waktu yang lalu. Dia sudah mulai terasa berbeda saat saya pulang dari perjalanan jauh pulang pergi Ambarawa dengan my sist. Dia kadang hangat, tapi tak jarang dia juga dingin. Saya masih bertahan dengan sikapnya yang seperti itu, tak terprediksi.

Beberapa saat kemudian, saya mendapat kabar dia berada di luar kota yang cukup jauh, dan mungkin belum pernah disinggahi sebelumnya, sendrian dia disana. Cukup membuat saya bertanya, ada apa gerangan. Meski sempat diliputi rasa kuatir, tapi saya percaya padanya. Mungkin dia butuh waktu sejenak sendiri.

Sampai minggu lalu, sikapnya tidak berubah. Masih tidak dapat terbaca oleh saya. Akhirnya, saya beranikan menyapanya ketika dia sedang online. Yang membuat saya cukup kaget adalah, dia tidak memanggil saya seperti biasanya. Dia memanggil nama saya. Sesuatu yang tidak biasa. Selama mengenalnya dan dekat dengannya kurang lebih 5 bulan terakhir, dia selalu punya nama julukan kepada saya. Entah hanya pada saya saja atau kepada wanita lain dia juga memanggil demikian.

Ketika dia memasang status itu diatas, tiba-tiba ada perasaan seperti sedang terbang tiba-tiba parasut saya tidak dapat mengembang sempurna, dan langsung meluncur ke bawah tanpa tertahan. Mungkin memang itu untuk saya. Dimana saya salah mengartikan kebaikannya selama ini. Telepon di subuh untuk membangunkannya, makan siang bersama, nonton bareng, makan malam berdua, support dia untuk saya dan skripsi yang sedang saya kerjakan, support dia untuk mimpi masa depan saya, dan support dia untuk jiwa dan pikiran saya yang kadang tak pada tempatnya. Mungkin saya salah mengartikan semua ini.

Selama 4 hari terakir saya mengikuti saran adhek, untuk tidak menghubunginya sama sekali. Melihat bagaimana reaksinya. Dan malam ini saya mengirimkan sms padanya. Sepanjang perjalanan, kosentrasi menyetir sempat terdistraksi, antara jalanan yang ramai dan sms yang tadi saya kirimkan. Bagaimana jika dia tersinggung dengan kata-kata saya? Bagaimana jika dia memilih mendiamkan sms saya seperti beberapa waktu belakangan? Tapi Bagaimana jika dia malah menyambut asa yang saya rasakan? Semua kemungkinan berkecamuk di otak. Tiba-tiba terdengar suara sms. Saat itu saya masih di jalan, tapi sudah cukup dekat dengan rumah. Akhirnya buru-buru, untuk sampai di rumah.

Membuka sms darinya. Tidak ada gemetar atau perasaan yang aneh. Cuma takut saja. Entah takut apa, saya juga tak tahu. Dan akhirnya… Ternyata hati kita tak sama. Apakah saya menangis, seperti ketika dia pertama kali menghilang? Apa saya sedih? Jujur tak ada rasa itu. Ini bukan perasaan bahwa saya tahu bahwa jawabannya seperti ini. Karena saya benar-benar tak tahu, bahkan cenderung berharap dia punya asa yang sama. Mungkin ini karena sejak beberapa waktu belakangan ini, saat saya bersujud padaNya, saya memanjatkan doa khusus : “Jika memang dia teruntuk dan baik untuk saya, mohon berikan jalan untuk mempermudahnya. Tapi jika tidak, mohon berikan petunjuk yang terbaik”. Dan beberapa hari terakhir, saya mengalami penurunan kualitas sujud saya padaNya. Mungkin inilah jawaban dari doa-doa saya, meski kualitas saya menurun padaNya. Dia menjawab doa saya dengan menguatkan hati saya dengan CahayaNya.

Sempat terpikir bahwa lebih baik dicintai daripada mencintai seperti tulisan my sist. Tapi akhirnya saya bisa menyingkirkan pikiran itu. Bahwa yang terbaik adalah mencintai dan dicintai. Jika Dia mengijinkan maka itu lah yang terjadi, jika tidak kita tentunya akan mendapatkan pengalaman yang tak ternilai. Meski dia adalah laki-laki pertama dalam hidup saya yang dapat membuat saya nyaman dengan keseluruhan dirinya, tapi mungkin saat ini bukan waktu yang tepat. Jika semuanya tlah siap, maka Dia akan memberikan jalan yang terbaik bagi saya dan dia.

Terima kasih buat semua orang-orang terdekat yang sudah memberikan support kepada saya selama ini tentang hubungan saya dengannya. Maaf jika saya memilih diam saat ini. Jika waktunya tepat kita akan berbagi kembali ๐Ÿ™‚ Mungkin inilah patah hati saya yang pertama ๐Ÿ˜› Apakah saya akan termehek-mehek dan menangis tersedu-sedu? Entahlah, saat ini masih bisa menulis tanpa menitikkan air mata, bahkan berkaca-kaca pun tidak. Entah jika nanti saya mulai naik ke kamar atas dan sendirian ๐Ÿ™‚ InsyaAllah, saya akan baik-baik saja dan tidak akan berbuat aneh-aneh ๐Ÿ™‚

1 Comment

  1. […] ternyata, semua asa dan harapan itu menguap seiring dengan keadaan ketika hati tak sama. Saat itu tidak merasa seperti orang sedang patah hati ataupun tak ada air mata sedikitpun yang […]


Comments are closed.